Sudah Dua Hari

Sudah dua hari kamu tidak mengabari ku dan tidak membalas pesan dari ku.  Hujan tadi malam seakan mewakili tangis ku agar sampai kepada rumah mu yang ikut basah tersiram derasnya hujan semalam.  Aku tidak paham dan sangat menyayangkan aku tidak mengerti.  Apa salah ku, apa mau mu dan apa masalah dan faktanya.  Seakan buta mata ku tertutup kabut masalah.  Yang ku tahu pasti, kamu hanyalah satu - satunya.  Tidak terbesit dipikiran ku untuk mengubah muka mu dengan perempuan lain.  Aku kesal dengan diri ku sendiri, yang tidak punya daya untuk menjelaskan, apalagi jika dikata meyakinkan mu.  Ingin ku sudahi saja hidup jika kamu tidak lagi peduli dengan semua tentang ku.
Kata mu aku urung jua dewasa.  Kata mu pula aku berteman dengan kaum yang ku tidak mau sentuh.  Aku tidak mengerti apa yang membuat mu melayangkan kata - kata seperti itu.  Lebih baik ku pacu kuda besi ku dalam kecepatan penuh agar jika ku mati, kamu tahu aku mati karena hal yang sangat kamu takuti.  Apa daya ku yang hanya seorang biasa, bertubuh tidak pantas, dan tampang seperti hari Senin.  Memang jenuh jika kau lihat.  Aku hanya memiliki kesetiaan, hati yang tulus, yang sama sekali kamu tidak lihat.  Entah kamu tak peduli atau ada lelaki yang membuat mu buta akan hal itu.  Aku sama sekali tidak memaksa mu agar dapat menjadi seperti ku.  Karena kesenangan mu lah yang aku dambakan.
Hebat memang, hanya diri mu yang mampu membuat ku semangat lagi, hanya diri mu pula yang dapat membangkitkan ku dari keterpurukan yang ada.  Sial sekarang, aku sedang jatuh, merasa sakit, tapi kamu tidak memperdulikan ku membuat ku tidak punya siapa - siapa untuk bersandar.  Tapi sudahlah, selama kamu bahagia, aku tidak berani mengganggu dan aku hanya dapat berharap kamu kembali saat aku meneteskan airmata terakhir ku, nanti.

Komentar

Postingan Populer