Masalah

Mungkin suatu hubungan tidak mungkin luput dari yang namanya "masalah".  Namun tergantung bagaimana kita sebagai orang yang menjalani hubungan menyikapinya.  Aku sudah siap dari awal menerima konsekuensi berpacaran dengan kamu.  Perbedaan usia kita yang mencapai 2 tahun, membuat kita berdua terkadang sukar untuk memahami sifat satu sama lain.  Sifat kita yang sama - sama keras kepala membuat kita gampang bertengkar jika kita sedang chatting di sosial media.  Namun, aku merasa ada yang lain jika aku sedang jalan berdua dengan mu.  Rasanya seperti aku tidak ingin jauh dari mu.  Tidak terlintas perasaan bosan dan semacamnya, rasanya aku ingin terus dengan mu hari itu.

Suatu ketika, kamu jenuh dengan ku.  Kamu mencari hal baru dengan melihat laki - laki yang lebih segala - galanya dari ku.  Aku hanya sedih dan berpikir, bahwa selama ini apa yang sudah ku beri untuk mu itu sia - sia.  Benar - benar tak dapat tidur aku malam itu.  Aku teramat sayang pada mu dan itu sudah pasti.  Sebenarnya aku tidak hanya kecewa pada mu.  Aku kecewa dengan diri ku sendiri yang tidak bisa menjadi yang sempurna untuk mu.  Aku tahu, sebelum nya kamu sudah meminta ku untuk mengurangi makan ku yang menurut kamu berlebihan.  Namun susah rasanya.  Seketika aku benci, muak dan marah pada diri ku sendiri.  Aku sadar bahwa ini bukan sepenuh nya salah mu.
Pagi menyambut, embun dingin nya membelai.  Ku usap mata ku yang kering bekas airmata semalam.  Namun perih nya tidak di mata, melainkan di hati.  Kaget nya aku ketika Ibu ku membangunkan ku dan mengatakan bahwa dia sudah mengetahui masalah ku dengan mu.  Saat itu juga Ibu ku meminta agar aku bersiap - siap ke salah satu mall yang ada di Jakarta.
Aku tak akan lupa dan kamu pasti tahu dari banyaknya mall di Jakarta, mall ini lah yang paling sering kita berdua kunjungi.  Setiap pasangan tentu memiliki tempat faforit mereka, entah pria nya yang mengikuti pasangan wanita nya atau sebalik nya.  Kita berdua pun bertemu di sana.  Tampak kamu menampilkan wajah merengut.  Yang aku tahu dari wajah itu hanyalah, kamu malu untuk minta maaf dan diri mu sudah mengerti bahwa hal yang kamu lakukan sangat lah salah.  Meski tiada niatan mu untuk menduakan ku, hal yang telah kamu perbuat memang hampir tidak dapat ku maaf kan.  Kita berdua duduk bersama di salah satu restoran Sushi.  Aku dalam kondisi kecewa berusaha membuka perbincangan.  Aku mulai dengan kata "kenapa?", lalu kamu berusaha menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.  Kamu berkata bahwa sesungguhnya tidak ada sedikitpun niatan untuk menduai ku.  Namun aku yang termakan emosi langsung ingin menyudahi hubungan kita tanpa mau mendengar kata - kata dari mu lagi.  Kamu menggenggam tangan ku sambil memohon pada ku untuk tidak meninggalkan mu.  Air mata ku tidak dapat ku tahan lagi, nafas ku mulai berat dan langsung saja aku mencium tangan mu.  Penuh cinta aku ungkapkan bahwa rasa sayang ku kepada mu melebihi rasa sayang ku kepada yang lain kecuali orangtua ku dan Tuhan.

Aku memberikan kamu kesempatan kedua.  Namun ku tegaskan kepada mu bahwa hati yang rusak tidak dapat utuh lagi.  Jadi aku memohon kepada mu untuk tidak melakukan hal itu lagi apapun alasan nya.  Aku mencintai mu karena Tuhan dan restu kedua orangtua ku.  Tak akan ku biarkan diri mu sendirian dalam menghadapi kerasnya dunia ini.  Dengan menyebut nama Tuhan aku beranikan diri untuk melanjutkan hubungan yang sesungguhnya sudah mulai retak ini.

Komentar

Postingan Populer