Sayang Barang atau Anak

Bagi umat muslim, anak adalah titipan dari Allah. Namun miris nya orang tua di Indonesia terutama yang beragama Islam, belum sepenuhnya benar dalam mendidik dan menjaga anak nya. Masalah yang kali ini akan dibahas adalah, "sayang barang atau anak?". Seperti yang kita sama - sama ketahui bahwa barang berharga sesuai nama julukan nya pasti sangat lah berharga. Namun lebih berharga mana sama anak?

Sesuai definisi nya, barang adalah sesuatu yang dapat dibeli menggunakan uang maupun barter. Memang terdapat pengorbanan dalam hal membeli itu. Sebenarnya yang membuat kita sayang akan barang itu lebih kepada pengorbanan nya dan dari siapa barang itu kita dapatkan. Sekarang kembali lagi ke kata - kata, "anak itu adalah titipan Allah", itu artinya anak adalah pemberian Allah. Kira - kira berhargaan mana, barang yang diberi orang spesial atau anak yang diberi Allah? Di luar sana ada saja orang kaya, uang tak terhingga, tapi ga seneng karena ga punya anak. Mereka berdo'a setiap hari dan melakukan apa saja yang mereka bisa demi mendapatkan seorang anak. Kira - kira bila sudah mengetahui ini semua, apakah orang tua akan tega memarahi anak nya yang memecahkan gentong Cina harga belasan juta, tak sengaja membaretkan mobil, tak sengaja merusak TV LED, tak sengaja merusak laptop?

Jangan kan merusak, kadang mengotori saja orang tua bisa menjadi sangat marah.

"Budi, abis ujan - ujanan malah masuk ke rumah, ngotorin aja bisanya!"
"Badu!!, kamu bisa minum ga sih?!!, minum aja pake tumpah di mobil ayah!"

Astaghfirullah..., memang kesal bila suatu hal yang kita punya dirusak sama orang lain, termasuk anak sendiri. Tapi coba pikirkan sekali lagi, apakah benar berlaku seperti itu? Memang anak harus diajarkan tanggung jawab sedari kecil. Tapi bukan dengan semena - mena memahari mereka saat merusak barang kita, alalagi jika perbuatan mereka itu ga sengaja.

Komentar

Postingan Populer